Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini, anak-anak sering kali terpapar pada berbagai situasi yang dapat mempengaruhi perasaan mereka. Oleh karena itu, mengajarkan anak untuk mengelola emosi mereka adalah langkah penting dalam membentuk pribadi yang sehat, cerdas, dan dapat mengatasi tekanan hidup dalam berbagai macam kondisi.
Emosi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Rasa marah, sedih, bahagia, takut, atau kecewa adalah beberapa contoh emosi yang dialami oleh anak-anak sejak usia dini. Namun, kemampuan untuk mengelola emosi ini tidak datang begitu saja. Seiring dengan tumbuh kembang anak, mereka perlu belajar bagaimana mengidentifikasi, memahami, dan mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang sehat.
Tanpa keterampilan ini, anak bisa kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sosial lainnya. Mereka mungkin mudah tersinggung, sering merasa frustrasi, atau bahkan menunjukkan perilaku agresif. Di sisi lain, anak yang dapat mengelola emosinya dengan baik cenderung lebih tahan banting, dapat menghadapi stres dengan lebih baik, dan memiliki kemampuan sosial yang lebih baik pula.
Mengajarkan anak untuk mengelola emosi sebaiknya dimulai sejak dini. Bahkan pada usia balita, anak-anak sudah dapat mulai dikenalkan dengan konsep emosi. Misalnya, orang tua bisa mengenalkan berbagai nama emosi, seperti marah, senang, takut, atau sedih, sambil mengajak anak mengidentifikasi perasaan mereka dalam berbagai situasi. Contohnya, jika anak sedang bermain dan tiba-tiba menangis, orang tua bisa bertanya, "Kamu merasa sedih karena mainanmu rusak, ya?" Dengan cara ini, anak belajar untuk mengenali emosi mereka sendiri.
Di usia yang lebih besar, sekitar usia 4 hingga 6 tahun, anak mulai lebih mudah memahami perbedaan antara perasaan mereka dan perasaan orang lain. Ini adalah tahap yang baik untuk mulai mengajarkan cara mengelola emosi dengan cara yang lebih terstruktur. Anak mulai diajarkan bagaimana menenangkan diri saat marah atau frustasi, bagaimana berbicara tentang perasaan mereka dengan orang lain, dan bagaimana meminta bantuan jika mereka merasa tidak bisa mengatasinya sendiri.
Salah satu manfaat utama dari mengajarkan anak untuk mengelola emosi adalah meningkatkan keterampilan sosial mereka. Anak-anak yang tahu cara mengelola perasaan mereka akan lebih mudah berinteraksi dengan teman-teman sebaya, guru, dan anggota keluarga lainnya. Mereka bisa belajar untuk lebih empatik dan memahami perasaan orang lain, yang merupakan fondasi untuk membangun hubungan yang sehat.
Sebagai contoh, jika anak tahu bagaimana mengelola rasa cemburu atau marah ketika saudara mereka mendapat perhatian lebih, mereka akan lebih mampu untuk berbicara tentang perasaan mereka secara terbuka, tanpa melakukan tindakan negatif, seperti menarik diri atau bertindak agresif. Mereka juga akan lebih mudah berdamai setelah konflik dan belajar bekerja sama dengan orang lain.
Anak yang tidak diajarkan cara mengelola emosinya dapat menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan, seperti tantrum, agresif, atau bahkan depresi. Ketika anak merasa tidak mampu mengendalikan perasaannya, mereka cenderung akan merespons situasi dengan cara yang tidak konstruktif. Misalnya, saat merasa marah karena tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, anak mungkin akan melemparkan barang atau berteriak.
Sebaliknya, dengan keterampilan pengelolaan emosi yang baik, anak akan lebih mampu mengatasi perasaan negatif tersebut dengan cara yang lebih tenang dan sehat. Mereka belajar bahwa marah adalah perasaan yang normal, tetapi penting untuk mengungkapkan perasaan tersebut dengan cara yang tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Ini akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih seimbang secara emosional.
Anak yang belajar mengelola emosinya juga cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Mereka lebih mampu menghadapi stres dan tantangan hidup dengan cara yang sehat. Ketika anak menghadapi kegagalan atau kesulitan, mereka dapat melihatnya sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai hal yang membuat mereka merasa putus asa.
Dengan keterampilan untuk mengatur emosi, anak-anak juga akan memiliki kemampuan untuk mengenali tanda-tanda stres atau kecemasan sejak dini, yang memungkinkan mereka untuk mencari bantuan atau melakukan tindakan untuk mengatasi perasaan tersebut sebelum menjadi masalah yang lebih besar.
Ada beberapa cara untuk mengajarkan anak dalam mengelola emosi mereka. Pertama adalah memberikan contoh. Sebagai orang tua kita tentu harus menjadi contoh yang baik.
Anak-anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua dapat menunjukkan cara menenangkan diri saat marah atau menghadapi stres, anak-anak akan lebih mudah menirunya.
Misalnya, jika orang tua merasa frustrasi karena pekerjaan rumah yang menumpuk, mereka bisa menunjukkan cara mengatasi perasaan tersebut dengan berbicara tentang perasaan mereka, mengambil napas dalam-dalam, atau berjalan-jalan sejenak. Ketika anak melihat contoh nyata seperti ini, mereka akan lebih mudah memahami bahwa mengelola emosi adalah hal yang bisa dipelajari dan dilakukan.
Kedua membantu anak mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata. Ini merupakan langkah yang tidak kalah penting dalam mengelola emosi. Alih-alih bertindak impulsif, anak-anak yang terlatih untuk berbicara tentang perasaan mereka dapat menghindari reaksi yang merugikan. Anak bisa diberi contoh kata-kata untuk mengungkapkan perasaan mereka, seperti “Saya merasa marah karena…” atau “Saya sedih karena…”, dan diajarkan untuk berbicara tentang alasan di balik perasaan mereka.
Ketiga memberikan penghargaan untuk perilaku positif mereka.
Setiap kali anak berhasil mengelola emosinya dengan cara yang positif, kita bisa memberi mereka penghargaan atau pujian. Ini akan memotivasi mereka untuk terus belajar dan memperbaiki keterampilan pengelolaan emosi mereka. Penghargaan ini bisa dalam bentuk pujian verbal, pelukan, atau bahkan aktivitas yang mereka sukai.
Keempat ajarkan anak untuk duduk dan berwudu ketika mereka sedang emosi. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya marah itu dari setan dan terbuat dari api, dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang di antara kamu marah, maka berwudhu lah!" (HR Abu Daud).
Mengajarkan anak untuk mengelola emosi bukan hanya membantu mereka menghindari perilaku buruk, tetapi juga memberi mereka keterampilan yang akan bermanfaat sepanjang hidup. Anak yang dapat mengelola emosinya dengan baik cenderung lebih sehat secara emosional, memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain, dan lebih mampu mengatasi tantangan hidup.
Sebagai orang tua atau pengasuh, kita memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak-anak mengembangkan keterampilan ini sejak dini. Dengan cara yang tepat, anak-anak dapat belajar untuk mengenali, memahami, dan mengelola perasaan mereka. Hal ini bisa membentuk mereka menjadi individu yang lebih bahagia, stabil dan pandai mengelola emosinya, sehingga bisa membangun relasi yang sehat dengan siapapun dan terhindar perilaku destruktif akibat emosi yang tidak bisa dikendalikan
Wallahu a'lam bishawab
Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
10 Komentar
Cucuku suka tantrum Umm. Blm bisa mengontrol emosinya. Kadang sebagai orang tua umi sama abinya suka g sabaran. Duh sebagai mbah jadinya serba salah.
BalasHapusMasyaAllah, sebagai orang tua harus belajar ilmu ini, agar bisa mengajarkan kepada anak mengutarakan emosinya sehingga ia terhindar dari akibat negatif efek kebingungan meluapkan emosinya
BalasHapusAlhamdulillah, dapat tambahan ilmu parenting
BalasHapusIlmu yg sangat bermanfaat dalam mendidik generasi
BalasHapusAlhamdulillah sangat bermanfaat ilmunya
BalasHapusMasya Allah tulisannya sangat bermanfaat mba.. semoga saya bisa menerapkannya.
BalasHapusMasyaAllah
BalasHapusMasyaAllah tulisannya bagus sekali. Tambahan ilmu banget. Semoga bisa diterapkan.. aamiin
BalasHapusMa Syaa Allah. Terimakasih atas ilmunya 🙏
BalasHapusMemang sangat butuh pengelolaan emosi. Terutama otang tua dulu kemudian diterapkan ke anak.
Terima kasih, informasi yang sangat penting bagi saya. Masyaallah.
BalasHapus