(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
Ruanginspirasibunda.com-Setiap pergantian tahun adalah momen yang penuh makna, banyak orang menyambutnya dengan harapan akan perubahan dan perbaikan dalam hidup mereka.
Pada umumnya, setiap tahun baru dipandang sebagai kesempatan untuk membuat resolusi atau janji-janji baru kepada diri sendiri, yang sering kali berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, kebiasaan baik, atau pencapaian tujuan tertentu. Namun, dalam Islam, tahun baru bukan sekadar pergantian angka kalender, melainkan juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri, berintrospeksi, dan memperbaharui tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam Islam, waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya: "Dan Dia (Allah) lah yang menjadikan malam dan siang berganti-ganti. Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pandangan." (TQS. Al-Furqan: 62)
Ayat ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya waktu sebagai anugerah dan peluang. Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amal saleh. Oleh karena itu, pergantian tahun dalam Islam harus dipandang sebagai momen untuk merenung, introspeksi, dan evaluasi atas perjalanan hidup yang telah dilewati. Tidak hanya itu, tahun baru bisa menjadi momentum untuk merencanakan perbaikan dan pembaruan dalam kehidupan kita.
Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya kita menjadikan momen pergantian waktu (tahun) sebagai momen untuk introspeksi diri. Sehingga mampu menilai sejauh mana dirinya telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda: "Seorang mukmin itu adalah cermin bagi saudaranya. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik, ia akan memperbaikinya." (HR. Abu Dawud)
Hadis ini mengajarkan bahwa seorang Muslim harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Menghadapi tahun baru, seseorang bisa merenungkan sejauh mana ia telah menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan sunah, apakah ia sudah mendekatkan diri kepada Allah, sudah menjalankan kewajiban sebagai seorang abid (hamba), sudah menerapkan semua syariat-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.
Membuat resolusi baru setiap pergantian tahun memang tidak salah, namun sebagai seorang Muslim tentu kita harus membuat resolusi yang bisa membawa perubahan bukan hanya urusan dunia namun juga urusan akhirat. Karena Islam mengajarkan agar setiap tujuan yang ditetapkan tidak hanya berfokus pada dunia semata, tetapi juga akhirat. Rasulullah saw. dalam sabdanya mengingatkan umat Islam untuk selalu memiliki niat yang baik dan tujuan yang luhur.
"Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadis ini, dapat dipahami bahwa niat adalah kunci dari setiap perbuatan. Oleh karena itu, dalam menetapkan resolusi tahun baru, sebaiknya setiap individu juga berniat untuk memperbaiki diri dalam aspek pribadi (ibadah mahdah) maupun aspek sosial. Resolusi yang dibuat harus mencakup perbaikan hubungan dengan Allah, seperti meningkatkan kualitas ibadah, memperbanyak amar makruf nahi mungkar, maupun peningkatan keterikatan terhadap syara.
Selain itu, resolusi juga bisa mencakup aspek kehidupan sosial, seperti kepekaan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat, mencarikan solusi atas permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, maupun menyeru masyarakat agar menjadi hamba yang taat kepada aturan Sang Pencipta.
Setelah membuat resolusi, hal yang tak kalah penting adalah upaya untuk konsisten dan bertindak. Dalam Islam, amal yang dilakukan dengan ikhlas dan terus-menerus memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah.
Dalam konteks resolusi tahun baru, ini mengajarkan kita untuk tidak hanya berhenti pada niat atau tekad semata. Seseorang yang bertekad untuk memperbaiki kualitas hidupnya harus berusaha untuk menjaga konsistensi untuk senantiasa terikat pada syariat.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah menjaga hati dari perasaan dari sikap takabur.
Saat seseorang berusaha untuk memperbaiki dirinya, kadang muncul perasaan sombong atau takabur karena merasa telah lebih baik dari sebelumnya. Islam mengajarkan untuk senantiasa rendah hati dan tidak membanggakan diri. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:
"Barang siapa yang menyepelekan orang lain karena amalnya, maka sesungguhnya Allah akan menyalahkan amalannya." (HR. Bukhari)
Oleh karena itu penting bagi setiap Muslim untuk menjaga hati agar tetap tawadhu (rendah hati) dan tidak merasa lebih baik dari orang lain hanya karena telah membuat resolusi atau perubahan positif dalam hidup.
Tahun baru adalah waktu yang penuh dengan harapan dan kesempatan untuk melakukan perubahan positif dalam hidup. Dalam menyambut tahun baru , umat Muslim diharapkan memaknainya dengan membuka lembaran baru serta mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan dengan cara semakin taat terhadap syariat-Nya.
Wallahu a'lam bishawab
0 Komentar