Putriku Bestiku



PijarInspirasi.Com- Memiliki putri yang beranjak remaja tentu menjadi tantangan tersendiri orang tua khususnya seorang ibu.
Kadang-kadang orang tua merasakan anaknya yang beranjak remaja cenderung semakin jauh, tidak bisa dan seperti memiliki dunianya sendiri. Mereka lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya dibandingkan dengan kedua orangtuanya.

Anak yang beranjak remaja sebenarnya sedang butuh waktu untuk membangun identitasnya sendiri. Masalah yang paling sering muncul pada fase ini adalah adanya perbedaan persepsi antara anak dan orang tua. Persepsi orang tua,  remaja sama dengan masa kanak-kanak, di mana anak harus selalu mengikuti keinginan orang tua, anak yang penurut, masih harus diarahkan orang tua dan belum bisa buat keputusan sendiri. Namun ternyata anak memiliki persepsi berbeda, mereka merasa bahwa mereka bukan anak kecil lagi yang harus terus dipaksa mengikuti aturan, mereka punya pendirian dan ingin diakui sebagai orang dewasa. 

Selain perbedaan persepsi masa remaja juga ditandai dengan emosi yang tidak stabil, perubahan mood yang cepat, dan keinginan memberontak terhadap sesuatu yang tidak disukai. Sehingga kita perlu berhati-hati memperlakukan mereka.
Pada fase ini, hubungan ibu dan anak gadisnya menjadi sangat penting. 
Peran ibu sebagai pendamping tidak hanya mengasuh dan mendidik, tetapi juga sebagai sahabat yang bisa dipercaya. Tempat berbagi cerita dan keluh kesah.

Dalam pandangan Islam, persahabatan antara ibu dan anak gadisnya yang sedang beranjak remaja tidak hanya sekadar hubungan sosial biasa, tetapi juga merupakan bagian dari pendidikan dan pembentukan akhlak yang baik sesuai dengan tuntunan agama.

Islam menekankan pentingnya kasih sayang, penghormatan, dan pengertian dalam setiap hubungan. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an, Surat Al-Ahzab ayat 21: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." Dalam hubungan ibu dan anak gadisnya, ibu seharusnya menjadi contoh yang baik bagi anak dalam segala aspek kehidupan, baik dalam ibadah, etika, menjaga perasaan dan emosi, maupun keterikatan terhadap hukum syara.

Ibu tidak hanya berperan sebagai pendidik yang memberikan perintah dan larangan, tetapi juga sebagai teman yang mendengarkan, memahami, dan memberi ruang bagi anaknya untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya.

Sejak lahir, ibu adalah orang pertama yang akan merawat, mendidik, dan mengasuh anak dengan kasih sayang. Ini merupakan salah satu bentuk cinta yang diajarkan dalam Islam. 

Kasih sayang ini menjadi landasan utama dalam membangun hubungan persahabatan antara ibu dan anak gadis yang beranjak remaja. Sebagai sahabat, ibu harus dapat memberikan perhatian yang tulus, mendengarkan keluhan, dan menjadi tempat untuk berbagi suka dan duka. Ketika seorang gadis remaja merasa bingung atau tertekan dengan perubahan dalam hidupnya, ibu adalah orang yang pertama kali harus ada untuk memberikan dukungan emosional. Kasih sayang yang diberikan oleh ibu akan menjadi fondasi yang kuat untuk membangun hubungan yang penuh kepercayaan antara ibu dan anak.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam persahabatan adalah komunikasi yang terbuka dan jujur. Dalam kehidupan remaja, anak sering kali merasa tidak pede atau susah dipahami, apalagi ketika mereka mulai mengalami banyak perubahan fisik dan emosional. Oleh karena itu, ibu perlu menghadirkan suasana yang memungkinkan anak gadisnya untuk berbicara dengan bebas, tanpa merasa takut dihakimi atau dikritik.

Sebagai seorang ibu, tentu harus bisa mendengarkan dengan penuh perhatian ketika anak gadisnya berbicara. Memberikan perhatian penuh saat anak berbicara tentang teman-temannya, sekolah, atau bahkan perasaannya adalah salah satu bentuk komunikasi yang sangat penting dalam membangun persahabatan. Komunikasi yang terbuka juga memungkinkan ibu untuk memberikan nasihat yang bijak, bukan dengan cara memaksakan pendapat, tetapi dengan cara yang lembut dan penuh kasih sayang.

Dalam proses membimbing anak gadis yang beranjak remaja, ibu tidak hanya berfungsi sebagai teman yang mendengarkan, tetapi juga sebagai guru yang mengajarkan nilai-nilai Islam. Termasuk menekankan pentingnya terikat pada aturan Allah. Islam sebagai agama yang sempurna sudah memberikan pedoman hidup yang lengkap, yang mencakup cara berpakaian, berbicara, berinteraksi dengan lawan jenis, hingga cara menjaga hati dan pikiran. Fondasi yang sudah kita bangun sejak mereka kanak-kanak bisa kita tingkatkan pada fase ini. Karena ketika anak usia remaja mereka sudah terkena taklif (beban hukum).

Ibu juga harus bisa menjadi role model bagi putrinya. Tidak cukup hanya dengan memberikan nasihat atau perintah, tetapi juga dengan memberikan contoh yang baik. Jika seorang ibu menjalankan ajaran Islam dengan baik dan konsisten, anak akan lebih mudah mencontohkan perilaku tersebut dalam kehidupannya.

Jika ibu mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariat Islam, menjaga adab dalam berbicara, dan selalu berusaha berbuat baik kepada orang lain, anak gadisnya akan merasa terinspirasi untuk meniru perilaku tersebut. Sebuah persahabatan yang berbasis pada nilai-nilai agama akan membantu anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan menjaga hubungan baik dengan Allah Swt.

Anak gadis yang mulai beranjak remaja akan merasa bahwa mereka ingin memiliki lebih banyak kebebasan dalam mengambil keputusan. Mereka mulai mengenal dunia luar, berinteraksi dengan teman-teman, dan mengeksplorasi minat mereka. Sebagai sahabat, ibu perlu memberikan kebebasan ini, namun dengan tetap memberikan batasan yang jelas agar anak tidak terjerumus dalam perilaku yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

Sebagai contoh, jika anak ingin memilih teman atau mengikuti kegiatan tertentu, ibu dapat memberikan saran dan arahan, tetapi tetap menghormati pilihan anak selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama. Dengan cara ini, ibu menunjukkan bahwa dia menghargai kemampuan anak untuk membuat keputusan, namun tetap memberikan bimbingan yang diperlukan.

Persahabatan antara ibu dan anak gadis yang beranjak remaja bukanlah tentang menjadi teman yang selalu mengalah atau membiarkan segala sesuatu berjalan tanpa aturan, tetapi tentang menjadi sahabat yang bijak. Ibu harus bisa memberikan arahan dengan kasih sayang, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan dukungan yang penuh perhatian. 

Ibu yang bijak akan mengerti kapan harus memberikan nasihat dan kapan harus menjadi pendengar yang baik. Dengan menjaga keseimbangan antara keduanya, hubungan ibu dan anak gadisnya akan semakin kuat, dan anak akan merasa aman dan dihargai dalam menjalani fase remaja yang penuh tantangan ini.

Ibu juga perlu mengenal teman-teman putrinya, mengikuti aktivitas mereka, mengikuti hobi anak gadisnya sehingga anak merasa orang tua dapat  memahaminya dan anak akan merasa nyaman bersahabat dengan ibunya.

Waktu yang sudah berlalu tidak akan bisa diulang kembali, oleh karena itu sebagai ibu kita harus bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk memaksimalkan pengasuhan kepada putri kita. Agar mereka bisa tumbuh menjadi wanita yang cerdas, dan salehah. Calon ibu masa depan yang memiliki karakter kuat, keimanan kokoh sehingga bisa melahirkan generasi penerus yang kuat secara jasmani dan rohani.

Wallahu a'lam bishawab 

Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)



Posting Komentar

1 Komentar