Kiat Agar Anak Patuh Tanpa Tapi



PijarInspirasi.Com-Mendidik anak agar patuh tanpa penolakan atau keberatan adalah salah satu tantangan terbesar bagi orang tua. Namun, hal ini sangat penting dalam membentuk karakter anak yang baik, disiplin, dan bertanggung jawab. Patuh di sini bukan berarti hanya mengikuti perintah atau larangan secara buta, karena terpaksa efek takut pada orang tua, tetapi lebih kepada pemahaman, kesadaran, dan kesediaan untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan. 

Dalam pandangan Islam, ketaatan ini memiliki dasar yang sangat kuat, dan banyak cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mendidik anak agar patuh dengan cara yang penuh kesadaran dari dalam diri anak itu sendiri.

Sebagai agama yang sempurna Islam mengajarkan pentingnya menanamkan nilai-nilai agama sejak usia dini. Nabi Muhammad saw bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih). Maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR. Bukhari dan Muslim).
Fitrah yang di maksud adalah potensi alami yang sudah ada dalam diri anak untuk menerima kebaikan dan mengikuti ajaran Allah.

Pendidikan agama yang ditanamkan sejak dini dapat membantu anak memahami nilai-nilai yang baik dan buruk, serta pentingnya patuh kepada orang tua dan perintah Allah. Orang tua yang mengajarkan anak tentang konsep tauhid (keesaan Allah), akhlak yang baik, dan kewajiban beribadah akan membantu anak menumbuhkan kesadaran untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.

Selain itu, mengenalkan anak pada kisah-kisah para nabi dan sahabat yang patuh kepada Allah dan orang tua akan memberi contoh teladan yang baik kepada mereka. Keteladanan ini akan membantu anak memahami bahwa ketaatan bukan hanya kewajiban, tetapi juga jalan menuju kebahagiaan dan keberkahan hidup.

Orang tua adalah contoh pertama bagi anak dalam segala aspek kehidupan. Dalam Islam, orang tua diharapkan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (TQS. At-Tahrim: 6). Ayat ini mengajarkan orang tua untuk tidak hanya memberi petunjuk, tetapi juga memberi contoh yang baik dalam menjalankan ajaran agama.

Ketaatan yang diajarkan melalui teladan akan lebih mudah diterima oleh anak karena mereka melihat langsung penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Anak-anak cenderung lebih patuh kepada orang tua yang menjalin hubungan baik dengan mereka, yang penuh kasih sayang dan perhatian. Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi" (HR. Bukhari dan Muslim). Jika orang tua menunjukkan kasih sayang, anak akan merasa dihargai dan lebih mungkin untuk mendengarkan perintah mereka tanpa merasa dipaksa.

Pendekatan yang positif dalam mendidik anak juga penting. Tidak perlu menggunakan hukuman atau ancaman agar anak taat, tetapi orang tua dapat menggunakan dorongan positif dan pujian ketika anak menunjukkan perilaku baik. Pujian ini tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri anak, tetapi juga memperkuat keinginan mereka untuk terus berperilaku baik dan patuh.

Anak-anak perlu memahami alasan di balik perintah atau larangan yang diberikan oleh orang tua. Dalam Islam, setiap perintah Allah memiliki hikmah dan tujuan yang baik untuk umat-Nya. Misalnya, perintah untuk melaksanakan salat lima waktu atau larangan untuk tidak berbohong. Orang tua dapat menjelaskan kepada anak mengenai manfaat atau hikmah dari setiap tindakan yang mereka harapkan anak lakukan.

Misalnya, ketika orang tua menginginkan anak untuk selalu salat tepat waktu, mereka dapat menjelaskan bahwa shalat adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan berkah dalam hidup. Dengan penjelasan ini, anak tidak hanya sekadar mengikuti perintah, tetapi juga memahami alasan dan tujuan di baliknya. Hal ini akan membuat anak merasa lebih ikhlas dan sadar dalam melakukan setiap perintah.


Disiplin dalam Islam bukan berarti hukuman fisik atau kekerasan, tetapi lebih kepada pendidikan yang penuh kasih sayang dan pengajaran yang mendalam. Rasulullah SAW bersabda, "Ajarkan anak-anakmu dengan cara yang baik, karena mereka diciptakan dengan fitrah yang baik" (HR. Ahmad). Jika anak melakukan kesalahan, orang tua sebaiknya memberikan peringatan atau pengajaran yang konstruktif. Hukuman yang diberikan sebaiknya bukan bertujuan untuk menyakiti, tetapi untuk mendidik.

Kita juga harus bijaksana, ketika mendidik anak harus melibatkan kesabaran, ketegasan, dan pengertian. Orang tua harus bisa menilai kapan saatnya memberikan pujian, kapan harus memberikan nasihat, dan kapan harus memberikan konsekuensi atas perilaku yang salah. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa setiap tindakan memiliki akibat, dan mereka akan lebih berhati-hati dalam bertindak.

Anak-anak juga perlu merasakan kebebasan dalam memilih, namun kebebasan ini tetap harus berada dalam batasan yang telah ditetapkan oleh orang tua. Islam mengajarkan bahwa kebebasan yang diberikan harus selalu dalam koridor yang benar dan tidak melanggar aturan agama. Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada ketaatan dalam hal maksiat kepada Allah" (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan kebebasan bagi anak untuk mengambil keputusan dalam beberapa hal, tetapi tetap memberikan arahan agar keputusan tersebut tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Memberikan kebebasan ini akan membantu anak merasa dihargai dan dihormati, yang pada gilirannya akan meningkatkan rasa patuh mereka. Anak yang merasa diberi tanggung jawab dan kepercayaan akan lebih cenderung untuk patuh dengan kesadaran diri, karena mereka merasa bagian dari proses pengambilan keputusan.

Kita harus senantiasa berdoa agar Allah memberikan petunjuk dan membimbing anak-anak mereka ke jalan yang benar. Doa yang tulus dan penuh harapan kepada Allah akan memperkuat ikatan spiritual antara orang tua, anak, dan Sang Pencipta, serta membawa berkah dalam proses Sehingga anak-anak menjadi individu yang berakhlak mulia, patuh kepada Allah, dan mampu menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Taat kepada orang tua dengan penuh kesadaran bukan karena ketakutan.

Wallahu a'lam bishawab 

Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Nah kan dapat ilmu lagi. MasyaAllah barakallah Umm.
    Tidak semua orang tua mengetahui hal itu Umm di era saat ini.

    BalasHapus