Parental pressure atau tekanan orang tua adalah situasi di mana anak-anak dipaksa atau diberi tekanan untuk memenuhi harapan dan standar yang ditetapkan oleh orang tua, baik dalam hal akademik, perilaku, maupun pencapaian sosial. Kondisi seperti ini sering kali muncul karena orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya dan berusaha keras agar anak-anaknya dapat mencapai kesuksesan. Namun, tanpa disadari, tekanan yang berlebihan ini bisa memberikan dampak buruk bagi perkembangan psikologis dan emosional anak.
Dalam pandangan Islam, pendidikan dan pengasuhan anak tidak hanya mencakup aspek duniawi, tetapi juga mencakup aspek ruhiyah. Islam mengajarkan bahwa anak adalah amanah dari Allah yang harus dididik dengan penuh kasih sayang, pengertian, dan kebijaksanaan. Orang tidak hanya menjadi pendidik yang tegas tetapi juga penuh empati dan pengertian terhadap kebutuhan dan potensi anak.
Parental pressure pada anak tentu memiliki dampak yang tidak bisa dianggap sepele.
Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan anak mengalami stres dan kecemasan yang berkelanjutan. Ketika seorang anak merasa bahwa ia harus selalu memenuhi ekspektasi tinggi orang tua, hal itu bisa menyebabkan perasaan takut gagal dan rendah diri. Akibatnya, anak menjadi cemas dan merasa tidak cukup baik, yang bisa memengaruhi kualitas hidupnya secara keseluruhan.
Jika tekanan terus menerus berlangsung, anak berisiko mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, atau bahkan gangguan makan. Dalam beberapa kasus yang ekstrem, tekanan yang tinggi bisa menyebabkan anak berpikir untuk melukai diri sendiri sebagai bentuk pelarian dari tekanan yang ada.
Anak yang selalu berada di bawah bayang-bayang ekspektasi orang tua sering kali merasa bahwa usaha dan pencapaian mereka tidak dihargai. Mereka mungkin merasa bahwa apapun yang mereka lakukan tidak cukup, yang akhirnya mengarah pada perasaan tidak dihargai dan terisolasi. Perasaan ini dapat merusak hubungan emosional antara orang tua dan anak.
Parental pressure yang berlebihan sering kali berfokus pada hasil, bukan pada proses belajar dan pengembangan diri. Hal ini bisa menyebabkan anak merasa bahwa kemampuan mereka tidak dihargai kecuali mereka berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Akibatnya, anak tidak belajar untuk percaya pada kemampuannya sendiri dan merasa tidak kompeten meskipun mereka memiliki potensi yang luar biasa.
Tekanan yang tinggi dari orang tua dapat menciptakan jarak emosional antara anak dan orang tua. Anak-anak yang merasa tertekan cenderung menanggapinya dengan pemberontakan atau penghindaran, yang akhirnya menyebabkan perpecahan hubungan. Ketika anak merasa tidak didukung atau dipahami, mereka cenderung menjauhkan diri dari orang tua, yang pada akhirnya justru merusak ikatan keluarga.
Islam mengajarkan pentingnya pengasuhan yang penuh kasih sayang. Orang tua diharapkan mampu memberikan pendidikan yang seimbang antara duniawi dan akhirat, serta mendidik anak dengan memperhatikan potensi dan keunikan masing-masing, karena setiap anak memiliki perbedaan meskipun mereka anak kembar.
Rasulullah saw. bersabda, "Tidak ada orang tua yang memberikan hadiah yang lebih baik kepada anak-anaknya selain pendidikan yang baik" (HR. Bukhari). Kasih sayang adalah dasar yang harus dibangun dalam hubungan orang tua dan anak. Ketika anak merasa dicintai, mereka lebih mudah menerima pendidikan dan arahan dengan hati terbuka.
Setiap anak memiliki potensi unik yang harus dihargai dan dikembangkan. Orang tua tidak boleh memaksakan harapan mereka pada anak, tetapi lebih kepada membimbing anak untuk menemukan dan mengembangkan bakat serta minat mereka. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami memberikan rezeki kepada mereka dan kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar" (TQS. Al-Isra: 31). Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak memaksakan anak untuk memenuhi ekspektasi yang berlebihan karena justru akan mematikan potensi anak.
Dalam Islam, pendidikan anak tidak hanya terbatas pada aspek akademis, tetapi juga mencakup pendidikan moral dan spiritual. Islam mengajarkan pentingnya mendidik anak dengan nilai-nilai agama yang dapat membimbing mereka dalam mengarungi kehidupan. Orang tua harus menjadi teladan yang baik dalam mengamalkan ajaran agama, sehingga anak dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.
Anak-anak, tetapi harus diberikan ruang untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan potensi mereka. Sehingga mereka bisa mengeksplorasi minat dan bakatnya mereka tanpa merasa tertekan.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi parental pressure, di antaranya:
Pertama membangun komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.
Sebagai orang tua kita harus bisa mendengarkan anak-anak, memahami memahami kebutuhan serta perasaan mereka. Dengan mendengarkan secara aktif, orang tua dapat menilai sejauh mana tekanan yang diberikan telah memengaruhi anak dan mencari cara untuk menguranginya.
Kedua memberikan dukungan.
Sebagai orang tua hendaknya kita fokus untuk memberikan dukungan emosional dan motivasi positif. Anak-anak harus merasa bahwa orang tua ada untuk mendukung mereka, tidak hanya untuk mengejar hasil tertentu. Dengan begitu anak akan merasa dihargai dan diterima apa adanya.
Ketiga mendidik dengan keteladanan.
Rasulullah saw. adalah contoh teladan terbaik dalam pengasuhan anak. Orang tua harus menjadi contoh dalam hal perilaku, akhlak, dan cara berpikir yang positif. Keteladanan dari orang tua akan membentuk karakter anak lebih baik daripada hanya memberikan instruksi atau perintah.
Keempat memberikan ruang kepada anak agar bisa belajar dari kesalahan, bukan langsung memberikan punishment tanpa memberikan kesempatan untuk perbaikan.
Dalam Islam, kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran. Orang tua harus memahami bahwa kesalahan bukanlah sesuatu yang harus dihukum secara keras, tetapi kesempatan untuk anak memperbaiki diri dan tumbuh lebih baik.
Allah Swt. dan Rasul-Nya selalu mengajarkan untuk mencari keseimbangan antara pencapaian duniawi dan akhirat. Orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk mengejar ilmu dan kesuksesan di dunia, namun tetap mengingat bahwa tujuan utama hidup adalah untuk mendapatkan rida Allah dan mempersiapkan kehidupan akhirat.
Anak-anak harus diajarkan untuk tidak
hanya fokus pada hasil duniawi semata, tetapi juga menjaga niat dan tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sehingga mereka bisa tumbuh menjadi generasi emas, calon pewaris peradaban.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh. Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)
3 Komentar
"Parental Pressure", 2 kata yang baru aja aku denger sih, cuma kalau konsepnya, aku udah ngeh dari lama. Soalnya banyak orang tua perfectionist yang kemudian mengorbankan freedom anak itu sendiri. Komunikasi 2 arah emang bisa jadi solusi yang bagus sih ya mba akan masalah seperti ini.
BalasHapusmemang ya kadang sebagai orang tua kita punya keinginan agar anak itu bisa mencapai sesuatu yang bisa membuat kita bangga. namun orang tua juga harusnya bisa tahu kapasitas anak dan tidak memaksakan keinginan mereka. jujur sebagai orang tua juga aku masih banyak banget nih perlu belajar buat mendidik anak-anakku
BalasHapusKasus anak bunuh ortu itu sepertinya karena hal ini makanya bisa terjadi. Benar-benar penting banget memang mengasuh anak dengan baik, jangan sampai anak tertekan terus berakibat hal-hal yang tidak diinginkan.
BalasHapus