Menjemput Rezeki



Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L.
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)

RuangInspirasiBunda.Com--Sebagian orang menganggap bahwa rezeki merupakan bagian dari kepemilikan. Oleh karena itu banyak yang berlomba-lomba mencari rezeki sebanyak-banyaknya. Padahal sebenarnya rezeki adalah pemberian dari Allah untuk makhluk ciptaan-Nya.

Mengutip dari Wikipedia, rezeki berasal dari kata razzaka yang berarti memberikan sesuatu. Ini tentu berbeda dengan kepemilikan yang bermakna penguasaan terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu yang dibenarkan oleh syara'.
Karena adanya anggapan yang keliru tersebut maka sebagian orang menyangka bahwa rezeki datang semata-mata karena usahanya yang telah dilakukan. 
Lalu sebagai seorang Muslim apakah kita akan menerima dan mengikuti pendapat tersebut?

Islam  memandang bahwa rezeki merupakan pemberian dari Sang Pencipta untuk semua hamba-Nya. Oleh karena itu kita harus berikhtiar untuk menjemputnya. Sebagaimana firman Allah yang artinya: : “Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan semuanya telah dijamin rezekinya oleh Allah.
Dia mengetahui tempat kediaman dan tempat penyimpanannya. Semua itu (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (TQS Hud: 6)

Dari penjelasan ayat di atas kita bisa tahu bahwa rezeki manusia sudah ada takaran masing-masing. Tugas kita hanya berusaha menjemputnya dengan cara melakukan berbagai macam pekerjaan sesuai dengan kesanggupan. Memaksimalkan ikhtiar dan memastikan jalan datangnya rezeki bukan dari jalan yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.


Tentu pertanyaan itu mengusik hati dan pikiran kita. Setidaknya ada kunci penting untuk menjaga keberkahan rezeki dalam kehidupan kita, yaitu halal yang menjadi kata kunci yang wajib kita hadirkan saat bekerja mencari rezeki. Artinya, kehalalan harus menjadi prioritas utama.

Kita harus benar-benar menjaga agar harta yang dinikmati dan dipakai oleh keluarga yang kita nafkahi adalah harta yang halal. Jangan sampai ada setitik darah pun yang mengalir dalam tubuh keluarga –anak dan istri-  berasal dari harta yang haram.


Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadisnya mengingatkan dengan keras tentang pentingnya menjaga kehalalan rezeki ini. Dalam hadis itu, Rasulullah mengingatkan, bahwa setiap daging yang dialiri oleh darah yang berasal dari makanan haram tempatnya adalah Neraka. Nauzubillahiminzalik!

كُلُّ لَحْمٍ وَدَمٍ نَبَتَا مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِمَا

Setiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih utama baginya (lebih layak membakarnya).” (HR: At-Thabrani).

Jadi, dalam menjenput rezeki Alah, sedapat mungkin kita menghindari pekerjaan-pekerjaan yang mengandung unsur haram dan syubhat. Sedapat mungkin kita hanya berusaha di sektor-sektor yang memang sudah jelas kehalalannya.


Tidak perlulah kita tergiur dengan keuntungan besar jika pekerjaan yang dijanjikan hanya bersumber dari yang haram dan syubhat. Yakinkan  rezeki yang halal, meski sedikit jauh lebih memberikan manfaat dan berkah.

Karena bukan berlimpahnya rezeki yarng akan membawa kita pada kebahagiaan yang hakiki, tetapi keberkahannya yang akan membawa kita hidup damai dan bahagia.


Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

0 Komentar