Bijak Mengelola Amarah



Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L
(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)


RuangInspirasiBunda.Com-Manusia merupakan makhluk yang dibekali dengan naluri, salah satunya adalah naluri mempertahankan diri, misalnya muncul emosi ketika merasa terusik.
Bahkan kadang ada yang kesulitan mengendalikan emosinya, sehingga menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Sebagai makhluk ciptaan Allah yang dilengkapi dengan akal, maka seharusnya manusia mampu mengontrol emosi-emosi tersebut. Karena emosi sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Marah merupakan suatu bentuk emosi yang memang wajar ada pada setiap manusia, namun wujudnya berbeda-beda. Secara istilah, marah berarti perubahan emosi oleh kekuatan untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman dan gemuruh di dada yang muncul karena ada pemicu dari luar. Marah bisa membuat seseorang berbuat kekerasan bahkan sadis terutama bagi mereka yang tidak memiliki kontrol emosi baik hingga menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan.

Orang yang sering marah sering tidak rasional dalam mengambil keputusan. Bahkan bisa memicu retaknya hubungan persaudaraan antar manusia. Selain itu marah berlebihan bisa membahayakan kesehatan tubuh karena tekanan darah tinggi yang meningkat menyebabkan sakit kepala dan berisiko menyebabkan serangan jantung.

Islam melarang umatnya untuk mengumbar marah.  Karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Al Quran dan hadis menganjurkan umat Islam untuk senantiasa menahan marah untuk menghindari dampak negatif yang muncul. Sebagaimana sabda Rasulullah: "
Barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya. Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah 'azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Asakir).

Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan kemarahan maka dalam semua keadaan dia selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar. Karena ucapan dan perbuatannya tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya.

Sikap ini merupakan sikap adil yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai sikap yang lebih dekat dengan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,

{Ùˆَلا ÙŠَجْرِÙ…َÙ†َّÙƒُÙ…ْ Ø´َÙ†َآنُ Ù‚َÙˆْÙ…ٍ على Ø£َلاَّ تَعْدِÙ„ُÙˆْا اِعْدِÙ„ُÙˆْا Ù‡ُÙˆَ Ø£َÙ‚ْرَبُ Ù„ِلتَّÙ‚ْÙˆَÙ‰}

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS al-Maidah:8).

Dalam Islam, orang yang kuat  adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika dirinya sedang dilanda amarah. Dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah telah bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.”

Oleh karena itu kita harus berusaha untuk selalu mengontrol kemarahan sehingga tidak sampai melewati batas.Janganlah melampiaskan kemarahan. Karena kemarahan itu sering menyeret kepada perkara yang haram. Seperti : mencaci, menghina, berkata keji, dan perkataan haram lainnya. Bahkan ada yang lebih sadis seperti memukul, menendang, bahkan sampai menghilangkan nyawa.

Oleh karena itu kita harus memiliki kontrol diri yang kuat, sehingga ketika marah tidak sampai lepas kendali. Tidak melampiaskan kemarahan dengan hal-hal yang negatif.

 Lalu apakah kita tidak boleh marah? Tentu boleh bahkan harus. Lalu kapan kita boleh marah? Ketika agama kita dilecehkan atau ketika ada pelanggaran dari salah satu larangan Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seorang panutan dan teladan terbaik, tidak pernah marah selamanya kecuali jika larangan Allah dilanggar.

Oleh karena itu kita harus bijak dalam mengelola amarah kita sehingga kemarahan muncul pada saat yang tepat. Bahkan menjadi kemarahan yang terpuji.

Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

1 Komentar