Bulan Suci Momentum Bersihkan Hati

 


Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L

(Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)


Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam, karena bulan ini merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan yang bisa digunakan untuk menempa diri agar bisa menadi pribadi yang sabar baik dalam perilaku maupun mengendalikan hawa nafsu.


Ramadan ibarat tamu istimewa yang harus disambut dengan persiapan paripurna. Bukan hanya mempersiapkan kebutuhan asmani untuk melaksanakan puasa seperti mempersiapkan menu sahur dan berbuka, tetapi juga mempersiapkan ruhani. Supaya kehadiran bulan yang mulia ini benar-benar terasa istimewanya.


Sebagaimana kita ketahui hati atau yang disebut qalbu merupakan bagian penting dalam diri seseorang. Karena hati menadi parameter baik atau buruknya orang tersebut. Sebagaimana  Rasulullah bersabda: “ Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika  segumpal daging itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi jika rusak, maka rusaklah semua tubuhnya. Segumpal darah itu bernama hati.” (HR Bukhari dan Muslim)


Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa hati ibarat pucuk komando yang mempengaruhi sikap seseorang.  Sebagai seorang Muslim tentu kita sangat berharap ketika melakukan suatu amal selalu berada dalam rela yang sudah Allah tetapkan. Setiap tindakan kita senantiasa diridai Allah dan jauh dari segala perilaku tercela. Oleh karena itu kita harus selalu berupaya untuk menjaga kebersihan hati. Karena hati yang bersih akan senantiasa menuntun kita kepada kebenaran dan kebahagiaan.


Noda (penyakit) pada hati bisa disebabkan karena munculnya  rasa iri, dengki, sombong, selalu berburuk sangka, dan lain sebagainya. Jika ini dibiarkan lama-lama akan semakin tebal sehingga hati tertutup dari segala nasihat. Ibarat cermin tertutup timbunan lemak.


Bulan Ramadan bisa kita jadikan momentum untuk merehabilitasi hati yang sakit. Sehingga kita benar-benar bermetomorfosa menjadi pribadi yang lebih baik. 


Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan supaya titik-titik noda yang mengotori hati bisa terkikis habis. 


Pertama melakukan muhasabah sehingga bisa menginsafi kesalahan yang pernah dilakukan. Kemudian melakukan taubatan nasuha. Memohon ampun kepada Allah dan memperbaiki komitmen diri agar senantiasa berada dalam koridor syara. Menjaga pikiran dari segala buruk sangka, sehingga terhindar dari hobi menyalahkan orang lain. Karena sikap seperti ini hanya akan mengeraskan hati, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 74 yang artinya :” Kemudian setelah itu hatimu menadi keras, sehingga (hatimu)seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”


Kedua memperbanyak amal saleh. Senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar dimana pun berada. Memilih circle yang sehat sehingga bisa mencegah kita dari perbuatan maksiat. Sebagaimana kita tahu teman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam diri seseorang. Sehingga ketika kita ingin senantiasa terjaga dari hal-hal yang tercela maka harus memastikan untuk memilih teman-teman yang baik. Teman yang akan mengingatkan ketika kita tergelincir dalam kesalahan.


Ketiga senantiasa menjaga diri dari iri dan dengki. Sifat ini bisa menyerang siapapun tanpa pandang bulu. Rasa ini muncul karena kurangnya rasa syukur, sehingga selalku kepamasan melihat nikmat ayng dimiliki orang lain. Seseorang yang dijangkiti iri dan dengki hidupnya tidak akan pernah bahagia. Oleh karena itu kita harus benar-benar mengikis perasaan seperti ini sehingga tidak mengerogoti diri kita. Kuncinya senantiasa bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita, tanpa membandingkan dengan nikmat yang dimiliki oleh orang lain.


Keempat menghindari sikap membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang memiliki ukuran yang berbeda, kisah dan ujian yang dialami pun tidak sama. Maka tidak semestinya kita memakai orang lain untuk menjadi tolok ukur. Dengan begitu kita akan senatiasa terjaga dari rasa iri.


Kelima senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Meyakini bahwa Allah sebaik-baik hakim, pelindung, dan pemberi pertolongan. Semakin dekat dengan Allah akan semakin tenang hidup kita. Karena kita kita akan senatiasa merasa cukup dengan nikmat yang telah diberikan kepada kita.


 Semoga kita bisa senantiasa membersihkan hati dari segala noda, sehingga benar-benar menadi hamba pilihan yang layak mendapatkan cinta-Nya.


Wallahu a’lam bishawab

Posting Komentar

0 Komentar