Pantun Sarana untuk Mencairkan Komunikasi


Resume pertemuan ke-13


Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L.


Ruanginspirasibunda.com--Bumi selalu berputar, mengikuti garis edar. Menyebabkan pergantian siang dan malam secara teratur. Tak terasa hari Senin hadir kembali, seperti biasnya Senin malam adalah jadwal belajar bersama KBMN PGRI batch 28.


Malam ini adalah pertemuan ke-13, tak terasa sudah hampir setengah perjalanan. Banyak hal yang dipelajari, menjadi bekal untuk menghasilkan karya melalui goresan pena.


Kelas malam ini ditemani oleh narasumber yang sangat piawai dalam berpantun. Beliau adalaha Pak Miftahul Hadi, S.Pd. bersama Pak Dail Ma'ruf, M.Pd. selaku moderator.


Pak Damar sapaan akrab Pak Dail Ma'ruf membuka kelas dengan pantun.

Menanam padi di musim hujan

Padi ditanam berharap panen

Mari belajar dengan mas hadi kawan

Semoga semuanya berkenan


Kalau tuan ke pulau Mempar,

Batu terbelah di gunung Daik,

Kalau tuan bertanya kabar,

Alhamdulillah kabar baik.


Selanjutnya beliau memperkenalkan narasumber, 

Pak Miftahul Hadi adalah seorang guru di SD Negeri Raji 1 Demak. Beliau telah menerbitkan buku solo dan beberapa buku antalogi tentang pantun.


Pak Miftah menjelaskan, pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020)



Definisi pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020)

Pantun berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)


 Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)


Pantun pada zaman dahulu digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Sementara untuk masa sekarang, pantun bisa juga digunakan untuk: 

√ Mengawali sambutan pidato. 

√ Untuk lirik lagu, 

√  Perkenalan, 

√  Dakwah bisa juga disisipi pantun.

√  Melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.


Pantun memiliki ciri-ciri khusus, meliputi:

√ Satu bait terdiri dari empat  baris

√ Satu barus terdiri dari empat atau lima kata

√ Satu baris terdiri dari 8 -12 suku kata

√ Bersajak ab ab

√ Baris ke pertama dan kedua disebut sampiran

√ Baris ketiga dan keempat disebut isi


Pantun juga memiliki perbedaan dengan karya sastra yang lain (syair dan gurindam)


Perbedaan tersebut meliputi


Syair:  

√ Terdiri dari empat baris

√ Bersajak aaaa

√  Keempat barisnya saling     berhubungan


Gurindam: 

√ Terdiri dari dua baris

√  Bersajak aa

√  Baris pertama dan kedua       merupakan sebab akibat yang                     memiliki  keterkaitan.

        

Contoh syair ;


Inilah kisah bermula kawan

Tentang negeri elok rupawan

Menjadi rebutan haparan jajahan

Hidup mati pahlawan memperjuangkan


Engkau telah mafhum kawan

Penggenggam bambu runcing ditangan

Pemeluk tetes darah penghabisan

Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.


Contoh gurindam:


Jika rajin salat dan sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.



Pak Miftah pun mengajak peserta membuat pantun dalam waktu 10 menit. Beberapa peserta cepat sekali dalam membuat pantun. Ternyata dalam membuat pantun harus menguasai perbendaharaan kata. 


Untuk membuat pantun juga ada beberapa trik yang bisa digunakan:

1.  Carilah kata yang memiliki bunyi  

     akhir sama. 

2.  Pahami ciri-ciri pantun yang sudah dijelaskan di atas.

3. Baris ketiga dan keempat terlebih              dahulu.

4. Susun baris pertama dan kedua.

5. Dalam menulis pantun, usahakan              hindari penggunaan nama orang, dan nama merk dagang.


Pantun juga berkaitan erat dengan persajakan. Dalam membuat pantun kita  harus memperhatikan rima atau persajakannya. 

Ada beberapa model dalam menempatkan rima, yaitu;


1.  Rima akhir

Contoh:

Pohon nangka dililit benalu,

Benalu runtuhkan batu bata,

Mari kita waspada selalu,

Virus corona di sekitar kita


 2. Rima tengah dan akhir

Contoh:

Susun sejajar bungalah bakung,

Terbang menepi si burung elang,

Merdeka belajar marilah dukung,

Wujud mimpi Indonesia cemerlang.


Pak Miftah memberikan tantangan membuat pantun dari kata Merdeka Belajar, pada resume kali ini.


Pantun bisa kita gunakan sebagai jembatan untuk memulai sebuah percakapan, sehingga suasana menjadi cair.



Semangat berkarya, meninggalkan jejak untuk peradaban.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Benar banget yah, suasana menjadi cair ketika diselipkan pantun

    BalasHapus
  2. Oohh ternyata beda² namanya, kirain cuma pantun dan syai saja

    BalasHapus