Cara Mudah Mengelola Majalah Sekolah

 Resume pertemuan kesebelas pemateri Widya Setianingsih, S.Ag.



Oleh Sri Purwanti, A.Md.K.L.


ibunda -Alhamdulillah masih diberikan nikmat sehat sehingga bisa ikut lanjut belajar bersama KBMN PGRI batch 28 dengan penuh semangat. Pertemuan kali ini ditemani oleh Bunda Widya Setianingsih, S.Ag. yang membawakan materi berjudul "Sulitkah Mengelola Majalah Sekolah?"


Bunda Mutmainah, M.Pd. selalu moderator, membuka kelas(WAG)  dengan menampilkan sebuah puisi tentang rindu.


Rindu Tanpa Alamat 

Rindu ku terjerat terali 

Yang mengambang di lekat titian senja

Kedua tangan mendongak merapal doa

Teramputasi berjuta bayangan.  Garis takdir merajut seenaknya Berbicara seolah penguasa Menggurui jiwa kosong tak berdaya


Meludahi setiap keluh kesah. 

Gigilku diselimuti pagi

Terseok dijalanan sepi

Tarian pilu tertawa bergirang hari

Mencumbui tapi tak peduli. 


Jika inginku saja kau tak pahami

Lantas untuk siapa lagi aku bermimpi malam ini? 

Rinduku tak pernah tiris

Memenjara sabda yang kosong tanpa daya


Aku terdiam di ruang binasa

Dan kau mencibir tanpa dosa.

Sudahlaah....



Widya Arema


Sebuah puisi yang memiliki makna sangat dalam.

Sebelum masuk pada materi ini, moderator memperkenalkan pembicara yaitu Bunda

Widya Setianingsih, S.Ag. beliau adalah seorang guru di MI Khadijah Malang dan alumni BM 21 yang karirnya melesat dari peserta menjadi moderator sekaligus narasumber. Saat ini juga menjadi kurator, merangkap editor. Beliau juga penulis buku puisi berjudul "Laras-laras Makna dalam Kata".  


Beliau merupakan pimpinan redaksi majalah sekolah yang bertajuk KHARISMA di MI Khadijah kota Malang.  Prestasi yang sangat luar biasa.


Bu Widya berbagi pengalaman tentang seputar majalah sekolah. 


Beliau mengawali materi dengan

bertanya tentang perasaan peserta kelas ketika melihat foto kita, atau foto anak kita terpampang di sebuah artikel majalah? Entah itu karena prestasi, atau sekadar foto selfi saat melakukan kegiatan sekolah. Setiap peserta pasti menjawab hadir perasaan bangga, bercampur senang.


Kita tentu berharap setiap sekolah dikenal oleh khalayak luas. Baik sekolah negeri, lebih-lebih sekolah swasta.  Selain itu sebagai lembaga formal, komunikasi, promosi, dan sosialisasi dengan orangtua, masyarakat sebagai Stakeholder sangat diperlukan.  Semua itu dapat terjawab dengan hadirnya Majalah Sekolah.


Bu Widya memaparkan bahwa sebagian dari peserta mungkin berfikir,  tidak mampu punya majalah sendiri. Entah karena SDM kurang, biaya tidak ada dan dukungan dari sekolah kurang optimal. Ternyata itu sama dengan yang beliau rasakan awal mula berdirinya Kharisma (nama majalah sekolah Bu Widya). 


 Awal mula, hanya ada dua orang yang merintis terbitnya majalah sekolah tersebut. Satu teman beliau merangkap sebagai pemred dan layouter. Sementara Bu Widya berperan sebagai pemburu berita merangkap bendahara. 


Bu Widya menyampaikan awalnya majalah Kharisma hanya berukuran setengah kertas folio.  Untuk mencetaknya pun hanya mampu fotokopi.  Layout dengan cara gunting dan tempel.


Kemampuan menulis apa adanya tidak menjadi masalah besar karena beliau hanya menginginkan berbagi informasi, berita, dan cerita tentang anak didik kami.  Akhirnya majalah pertama sekolahnya bisa sampai di tangan anak-anak didik. Waktu itu  penggandaan majalah didanai oleh sekolah.


Perjalanan majalah sekolah yang apa adanya tersebut berjalan hingga dua tahun. Tetap dengan dua crew yang bertugas rangkap.  Sampai akhirnya beliau harus melepas majalah Kharisma ditahun ke tiga.  SDM yang terbatas dan dana menjadi kendala utama.  


Dua tahun Kharisma melakukan hibernasi, hingga akhirnya kami bangun kembali.  Selama  tidur panjang mereka sibuk berbenah.  Crew majalah dilengkapi. Mulai dari penasehat, penanggung jawab, pimred, bendahara, editor, layout, hingga empat orang pemburu berita.  


Beliau dan tik mengajukan proposal yang detail pada pihak yayasan/sekolah. Mencari solusi pendanaan selain dari dana BOS.  Mempercantik tampilan hingga ke percetakaan. Mempertebal muatan bergizi dari isi majalah.  Akhirnya Kharisma reborn


Beliau menuturkan, tahun 2010 dipercaya untuk menjadi Pimred. Hal yang berat memang. Tapi beliau percaya dengan timnya bisa bahu membahu dengan crew. Beliau memegang posisi pemred sampai saat ini.


Bu Widya mengatakan kunci utamanya adalah "mau"  Insyaallah semua akan diberi kemudahan.  Ibaratnya berjalan ada tembok menghadang. Cari jalan lainnya. Entah harus memutar, ataukah mencari jalan lain yg sepadan.  Artinya setiap kesulitan ada dua kemudahan yang Allah siapkan.  Tetapkan niat, dan insyaallah tiba-tiba ada jalan yg terbentang.  Jangan takut mencoba, karena jika itu terjadi maka kita akan tetap stuck di tempat.  Ada rintangan, halangan itu hal yg biasa. Apalagi saat mengawali. Berat memang... Tapi bukan berarti itu tidak mungkin dan Tidak ada solusi.


Beliau menampilkan beberapa slide contoh makalah Kharisma beruoa

cergam Kharisma, bercerita tentang tokoh Kaka dan Risma.  Ilustrasinya dilukis sendiri oleh guru MI Khadijah. Masya Allah, keren 👍


Selanjutnya karya siswa bisa berupa puisi, cerpen, dan karya kerajinan siswa (ketrampilan KI 4).

Ada Artikel tambahan do you Know. Yang memuat pengetahuan umum untuk siswa. Disajikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Kemudian ada

kuis berhadiah, bisa berupa TTS, tebak gambar dll.


Bu Widya meminta para peserta untuk menulis di blog tentang serba-serbi sekolah, dalam waktu 15 menit.  Kemudian link nya dishare di WAG.  


Tiga pemenang akan mendapatkan buku dan majalah Kharisma dari beliau.  


Ibu moderator mengatakan bahwa ada sekitar 20 blog yang mengikuti.


Selanjutnya Bu Widya memaparkan tentang ISBN dan QRCBN. 

Mengacu pada Wikipedia, ISBN (International Standard Book Number) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit.


Saat ini Isbn diganti QCRBN, yaitu

QRSBN (QR Code Standard Book Number) adalah Aplikasi pengidentikasi Buku dengan teknologi terbaru dengan QR Code sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit.


Dengan nama lain kode paten bahwa buku itu adalah karya kita yg tidak bisa diambil atau dibajak orang lain.



Kehadiran majalah sekolah tentu akan membawa dampak signifikan, baik kepada siswa, peserta didik, khusunya sekolah itu sendiri. Maka sebaiknya setiap sekolah bisa melahirkan majalah sekolah supaya bisa menampung kreativitas anak-anak, tenaga pendidik juga bisa digunakan sebagai media promosi sekolah.


Semangat berkarya, tinggalkan jejak untuk peradaban.


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Jadi tertarik nih membuat majalah sekolah, apalagi tingkat literasi saat ini yang masih rendah

    BalasHapus
  2. Mantap pantunnya 👍👍

    BalasHapus