SOLUSI DI TENGAH PANDEMI


Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
Peggiat literasi

Pandemi Covid-19   menguncang dunia sejak enam bulan silam yang berawal dari Wuhan, China menyebabkan dunia mengalami krisis ekonomi. Pandemi yang belum diketahui kapan akan berakhir dikhawatirkan akan membuat roda perekonomian semakin terpuruk. Indonesia  akan menghadapi resesi,  roda perekonomian pada kuartal II/2020 melambat akibat PSBB. Bahkan Bank Dunia  memproyeksi ekonomi global tahun ini negative 5,2%, resesi terparah sejak perang dunia II.

Dilansir dari  Republika(11/6/2020),  kepala ekonom CIMB Niaga, Adrian Panggabean mengatakan bahwa krisis ekonomi 2020 memiliki tiga dimensi besar yakni wabah Covid-19, kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran Covid-19 melalui social distancing dan phisical distancing, serta pengaruh negatif perekonomian dunia, ketiga kombinasi itu saling berkaitan satu sama lain.

Sudah enam bulan  pandemi berlangsung, tetapi nampaknya  sistem  yang berlaku saat ini belum bisa menemukan solusi untuk mengatasi pandemi. Bahkan wabah ini membuka fakta bahwa sistem yang saat ini diterapkan gagap menyikapi pandemi dan gagal melindungi rakyatnya. 


Sistem kapitalis yang diterapkan di negeri ini menjadi penyebab utama terjadinya krisis secara berulang. Dikutip dari alwai’e (3/5/2020) penyebab utama  krisis ekonomi  ada lima hal. Yang pertama adalah buruknya perilaku pelaku ekonomi, sifat serakah, individualis, hedonism, spekulasi(judi dan gharar), dan sikap curang, monopoli,  kontrol harga, penimbunan serta informasi yang tidak berimbang.


Kedua, faktor dan peristiwa eksternal, seperti bencana, siklus bisnis, wabah penyakit menular, ketidakstabilan politik, ketidakstabilan sosial, serta sistem monete nasional.


Ketiga, tata kelola yang buruk, hal ini terjadi pada lembaga publik dan swasta, termasuk korupsi, kontrol harga, administrasi yang buruk serta kurangnya regulasi. Larangan korupsi ini bahkan disebutkan dalam Firman Allah surat al-Maidah [5]: 38, yang artinya “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjaka dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.


Keempat, sistem keuangan yang tidak stabil. Sistem perbankan cadangan fraksional, suku bunga dan uang fiat merupakan pilar utama perekonomian konvensional yang mengandung riba. Hal ini yang menyebabkan terjadinya krisis keuangan.


Kelima, sistem fiskal yang tidak tidak efektif dan tidak berkelanjutan, pajak dan utang negara yang berlebihan, serta manajemen persediaan komoditas strategis yang buruk, semakin membuka peluang terjadinya krisis ekonomi yang parah.


Pada masa khalifah Umar bin Khathtab pernah terjadi krisis ekonomi yang hebat, bahkan menyebabkan paceklik yang berdampak terjadinya kelaparan masal. Roda perekonomian pun terancam colaps. Namun ternyata khalifah sigap mencari jalan keluar yang cepat dan tepat dalam menangani krisis secara tuntas dan menyeluruh.


Hal pertama yang dilakukan khalifah Umar adalah memberikan keteladanan yang baik kepada rakyatnya, dengan menahan diri untuk tidak bergaya hidup mewah. Bahakan ketika beliau bersumpah tidak akan makan daging dan mentega selama rakyatnya belum sejahtera, Khalifah Umar benar-menar memenuhi sumpahnya. Ini merupakan bentuk kepedualian dan keteladanan yang luar biasa dari pemimpin untuk rakyatnya.


Yang kedua khalifah Umar bin Khathtab mendirikan posko bantuan untuk membantu rakyatnya yang dilanda kelaparan.  Beliau berbagi tugas dengan semua perangkat Negara, saling bahu membahu untuk menyelesaikan masalah yang ada. Beliau ikut turun tangan langsung memastikan setiap pihak memahami pekerjaannya dengan benar. Khalifah umar selalu berkoordinasi dengan timnya sehingga tidak terjadi miskomunikasi dalam mengambil setiap keputusan.


Ketiga khalifah Umar memperbesar Dar ad-Daqiq (sebuah lembaga perekonomian) yang bertugas membagi tepung, mentega, kurma, dan anggur yang berada di gudang untuk ribuan orang yang datang dari Madinah. Ini berlangsung selama Sembilan bulan.


Keempat, khalifah Umar mampu membuat keputusan, mengatur dan mengelola semua struktur pemerintahanan di bawahnya, sehingga bisa cepat dan tuntas menyelesaikan krisi ekonomi yang melanda.


Melihat sejarah khalifah Umar dalam menyelesaikan krisis, maka untuk mengantisipasi terjadinya krisis global bisa dengan berbagai langkah. Yang pertama adalah mengubah pola pikir dan sikap para pelaku ekonomi. Menyadari bahwa sistem kapitalis tidak akan pernah mampu menyelesaikan permasalahan secara tuntas dan berusaha meninggalkannya. Para pelaku ekonomi semestinya menjadikan akidah Islam sebagai landasan berpikir dan bersikap, sehingga akan terhindar dari transaksi ribawi yang bisa mendatangkan murka Allah.


Kedua memperhatikan indikator ekonomi, hal ini meliputi tingakat kesejateraan masyarakat secara nyata, baik sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Bukan hanya dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi. Karena kondisi ini yang akan mempengaruhi stabilitas politil dan social yang akan berdampak pada roda perekonomian.


Ketiga menstabilkan sistem moneter dengan mengubah dominasi dolar, menganti dengan dirham yang memiliki beberapa keunggulan dan terbukti sebagai mata uang yang nilainya stabil. Berbeda dengan dolar yang sering dijadikan alat  AS untuk mempermainkan perekonomian suatu negara.

Keempat mengambil alih SDA  yang ada dan mencegah campur tangan asing dan swasta dalam pengelolaannya. Karena SDA merupakan faktor penting bagi kehidupan umat, dengan mengambil alih kembali semua aset maka kita akan menjadi bangsa yang mandiri.


Islam sudah memberikan solusi yang nyata dan tuntas, namun sayangnya banyak pihak yang sampai saat ini masih menolaknya. Semoga pertolongan Allah segera tiba, sehingga kita bisa mandiri mengelola semua SDA yang ada untuk kemaslahatan umat.
Walllahu a’lam

Posting Komentar

0 Komentar