Media Digital Dalam Sekulerisme adalah Mesin untuk Merusak Generasi



Miris, itulah kata yang bisa di gunakan untuk mengungkapkan keprihatinan  terhadap perilaku beberapa remaja penguna gadget yang memiliki perilaku menyimpang. Seperti yang di lansir Banjarmasinpost.co.id,29/92018, sekelompok anak di membentuk perkumpulan anak di bawah umur usia SMP melalui fasilitas whatsapp (WA) yang di beri nama pasukan siap mati (PSM), keangotaan grup ini mencapai 150 an orang. Mereka sering masuk kompleks perumahan untuk mencuri, memalak, membajak para pelajar di sekolah, dan berbagai tindak kriminal lainnya.
Berita tak kalah miris pun datang dari daerah Garut, Masyarakat di hebohkan dengan penemuan keberadaan komunitas gay siswa SMP/SMA yang eksis di dunia maya, mereka terang- terangan menunjukan keberadaannya melalui  media social facebook., yang jumlah anggotanya sudah lebih dari 2.500 0rang (one minute @tvones, 9/10/2018). Di ponorogo, Jawa Timur seolah tidak mau kalah, seperti di lansir suara.com ,13/10/2018, warga ponorogo di kagetkan dengan munculnya grup “gerakan Gay Ponorogo” yang juga mengunakan media social facebook untuk berinteraksi dengan sesama anggota. Grup yang di buat pada & November 2014 ini memiliki anggota lebih dari 790 pengguna.
Pemisahan Agama dari kehidupan (sekulerisme), berhasil memperdaya generasi muda dalam jeratan liberalisme, ide kebebasan yang menjadi senjata andalan telah sukses memainkan perannya untuk melemahkan dan merusak generasi melalui media digital.
Generasi milenial memang tidak bisa lepas dari teknologi, khususnya media digital mengingat informasi apapun sekarang lebih cepat di akses  dengan adanya kemajuan teknologi tersebut. Akhir-akhir ini internet adalah konsumsi wajib bagi setiap orang, tak terkecuali para remaja. Menurut Asosiasi Penyelenggara jasa Internet Indonesia (APJII) remaja usia 13 hingga 18 tahun menempati posisi ketiga dengan porsi 16,68 persen . Sementara sebanyak 49,52 persen pengguna internet tanah air adalah mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun (kompas.com/22/2/2018) jiwa   Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2010-2030 oleh Bappenas, tahun 2017 jumlah penduduk  remaja (usia 10-24 tahun) mencapai 66,6 juta pada Berdasarkan data tersebut kita bisa menghitung berapa jumalah remaja yang bersentuhan dengan gadget.
Media dalam sistem sekuler kapitalis adalah alat yang paling strategis untuk mengubah pola pikir para remaja serta menanamkan nilai- nilai dan gaya hidup yng berkiblat ke barat (hedonism,  materialsme,permisiv) Sehingga tidak lah mengherankan jika media digital menjadi senjata yang ampuh untuk menghancurkan generasi. 
Teknologi dalam pandangan Islam memang mubah karena termasuk madaniah, kecuali ada nash yang mengharamkannya, kita juga bisa mendapatkan manfaat dengan keberadaan teknologi ini, semisal  memudahkan komunikasi,  semakin menghayati kebesaran Allah yang sudah menganugerahkan ilmu kepada makhluknya sehingga bisa menghasilkan alat yang bisa di gunakan untuk memudahkan komunikasi. 
Islam yang mengatur semua aspek kehidupan sudah memberi rambu- rambu agar pemanfaat teknologi dan media digital selalu selaras dengan nilai- nilai Islam, dan itu hanya bisa berjalan dengan baik jika Negara sebagai pemilik  kebijakan tertinggi ikut mengambil peran untuk mengatur pengunaan media digital dalam kehidupan 
Srie ummu roya
Pegiat Literasi, Member Akademi Menulis Kreativ
Dimuat di Pena Pejuang Club 16 Oktober, 2018 Judul Media Digital Dalam Sekulerisme adalah Mesin Untuk Merusak Generasi

Posting Komentar

0 Komentar